#DENGAN BERSAMA-SAMA MARI TEGAKKAN ISLAM DAN MEMBUAT SENYUM BAGINDA MUHAMMAD SAW# kirimkan pertanyaan atau curhatan anda seputar agama di fb DAAR IHSAN atau email: hadibaagil110@gmail.com #

Sabtu, 19 Januari 2013

Nabi Muhammad .... inilah dia


Cukuplah dengan tuhan telah mensifatinya Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung {QS: al-qalam/4}. dan juga Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam {QS: al-anbiya-107}. Adanya yang maha kuasa telah mengutusnya dengan kasih sayang untuk semesta. Maka apakah artinya pujian dari seorang manusia setelah pujian dan orientasi yang di peroleh dari ALLAH SWT.
Hati nabi telah terpenuhi dengan kasih-sayang sejak beliau balita, bagaimana tidak? Malaikat yang mulia telah mencuci hatinya dengan kasih-sayang di hari ketika ia menggembalakan kambing bersama anak-anak khalimah. Dan ke yatiman memperindah hatinya ketika ia terlahir dan sang ayah yang belum sempat menimang-nimangnya telah tiada, kasih sayang ibu semata wayang harus tak ia rasakan di saat ia bersama ibunya ingin mengunjungi makam sang ayah. Sang ibu harus meniggalkan si kecil Muhammad di tengah jalan menuju pulang, tetesan air mata balita kembali menjadi hiasan hati.

Dan untuk memperbaiki kehidupanya ketika hidup dalam ketiadaan ia gembalakan domba penduduk kota. Ia hidup dengan kehidupan orang-orang fakir dan anak-anak yatim. Ia merasakan apa yang mereka rasakan dan merasa sakit dengan penderitaan mereka. Dan ketika itu ia rasakan perasaan yang tajam yang membuatnya terjun ke dunia perdagangan untuk membantu kehidupan berat sang paman abu-thalib, perdagangan yang membuatnya bergaul dengan manusia merasakan kehidupan suka duka di saat itu.
agar sang nabi tidak terhanyut oleh arus kehidupan nyata kaum qurays di saat itu, ALLAH SWT membuat hatinya gemar untuk menyendiri dari manusia di sela-sela kehidupanya guna memeriksa dirinya, memperhatikan kebersihan dan kesucian hatinya begitu juga mengahadap kepada tuhan yang maha kuasa dengan beribadah dan bertafakkur.
Dan itu semua tidak terjadi begitu saja, akan tetapi itu semua adalah ketentuan ilahi dan aturan rabbani untuk seorang yang telah di pilih oleh yang maha kuasa untuk menjalankan tugas abadi, tugas kerasulan terakhir dan kasih sayang yang merata.
Pada dasarnya tugas ini memiliki dua sisi:
Pertama: berhubungan dengan ALLAH SWT, masuk di alam malakut, menanggalkan dunia untuk menghadap ke hadirat ilahi.
Kedua: berhubungan dengan manusia biasa untuk menyampaikan, menerangkan dan menunjukkan mereka ke jalan ALLAH SWT.
Tugas ini adalah tugas yang sangat penting dan berbahaya, suatu tugas yang menyambungkan antara dua alam. Maka dari itu yang maha esa mempersiapkan dan mengasuhnya untuk menerima tugas ini. Berkomunikasi dengan sesama begitu juga bergaul dengan kehidupan di kala suka dan duka serta tak lupa menyendiri guna ibadah agar hatinya terbebas dari kotoran dunia. Dengan demikian akal dan jiwa telah siap menerima tugas dari yang maha kuasa.
Salah satu tugas yang paling sulit yang di alami oleh sebagian para Da’I di zaman ini ialah terlepasnya mereka dari kehidupan sehari-hari mereka dan mengahabiskan kehidupanya untuk beribadah dan menyendiri. Sehingga ketika ia merasa akan tanggung jawabnya sebagai seorang da’I di tengah-tengah kehidupan masyarakat, maka akan gelisah dan sedih hatinya karena ia akan kembali lagi ke dunia yang rusak dan penuh godaan.
Apabila keadaan ini terjadi dalam diri soerang manusia biasa maka bagaimana dengan almusthafa? Keadaanya yang ia alami sangatlah berat, karena ia harus meninggalkan kehidupan duniawi untuk menerima wahyu dari malaikat, dan kemudian kembali lagi ke kehidupanya semula untuk menyelesaikan tugas besarnya. Belum lagi ketika beliau memasuki surga ALLAH SWT, apakah rela manusia yang sudah memasuki surge dan melihat kenikmatanya untuk kembali ke alam dunia yang penuh kebosanan dan kesusahan?
Beliau merupakan panutan utama bagi manusia dalam budi pekerti dan pekerjaan, ia merupakan suri tauladan bagi orang yang ingin meningkatkan dirinya menuju kesempurnaan dan juga merupakan contoh dalam keteguhan, ketenangan, percaya diri, kebijaksanaan dan keadilan.
Ia tidak terlepas dari kehidupan manusia, makan apa yang mereka makan dan minum dengan apa yang mereka minum begitu juga tidur sebagaimana manusia tidur. Ia tidur di atas tikar sampai menimbulkan bekas di badanya sampai memuat sahabat umar bin khattab menangis melihat keadaan nabi yang mulia. Jalan bulan demi bulan dan tidak di nyalakan di rumahnya api memasak karena tidak ada apapun yang akan di masak, ia menaruh batu di atas perutnya untuk menahan lapar, ia juga yang berkeliling mengunjungi istrinya dan tidak mendapatkan makanan maka ia katakan: aku sedang berpuasa.
Setelah menahan lapar berhari-hari kemudian mendapati cuka yang ia makan, dan bersyukur kepada yang maha esa dan berkata senikmat-nikmatnya lauk ialah cuka. Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin {QS: at-taubah/128}.benar ,,, ia dari golongan kita sangat menginginkan keselamatan kita, sangat sayang kepada kita, sangat bersedih dengan maksiat dan penyelewangan kita.
Ia berdiri di atas jembatan shirat dan mengatakan kepada tuhanya: tuhan selamatkan … tuhan selamatkan… ia panjangkan sujud dan do’a dengan penuh air mata memohon untuk umatnya kesejahteraan, kebahagiaan dan petunjuk. Tak cukup di dunia beliau mengingat umatnya di hari kiamat ia akan bersujud di bawah singgasana ALLAH SWT dan tidak akan mengangkat kepalanya yang mulia dari sujud meminta hingga di katakana padanya: angkatlah kepalamu, memintalah dan akan di beri, tolonglah makan akan di tolong. Ia pun berkata: ya rabb … umatku.
Ia telah menjadikan keinginanya hanya ridho tuhan yang maha esa. Dan bercabang dari itu keinginanya yang sangat kuat untuk umatnya itu semua merupakan sebagian kasih-sayang dan belas kasihan serta harapan dari seorang nabi Muhammad.
Dengan kemenangan yang di berikan ALLAH SWT  kepadanya sehingga membuat nabi dan kaum muslimin membalik keadaan yang mereka dulu alami di awal masa nabi mengajak kaum kafir qurays untuk menyembah tuhan yang maha esa dan meninggalkan berhala-berhala jahiliyah. Tidak membuatnya bertindak layaknya seorang raja dan tidak berbesar kepala atau semena-mena ketika di hadapkan dengan kelompok yang dulu mengganggunya di mekkah dan mengusirnya keluar dari tempat kelahiranya. Akan tetapi justru keluar dari lisan yang mulia dengan penuh kasih sayang dari lubuk fuad yang dalam ia ucapkan: pergilah kalian telah bebas.
Jika para bala tentara yang menang dalam peperangan di suatu daerah, ia akan masuk ke daerah itu dengan bangga dan dengan keagungan. Namun bagi nabi Muhammad tidak. Ia membuka kota mekkah dari tangan kaum kafir qarays dan memasuki kota kemenanganya dengan menaiki kudanya sambil menundukkan hatinya kepada ALLAH SWT, membaca surat al-fath, bersyukur kepada yang maha esa dan membanjiri dirinya dengan belas kasih dan pemberian.
Keadaan masuknya ia menuju mekkah yang telah ia menangkan yang seharusnya ia masuk dengan berbanggan dan merasa mulia ia lakukan dengan penuh kerendahan hati dan bersyukur kepad tuhanya. Ini merupakan surat sejarah untuk akal-akal yang hidup untuk hati yang belum mati dan pengakuan jujur demi mengetahui hakekat siapa dia? Apakah ia seorang yang ingin menjadi raja? Saat masuk ke kota mekkah kerajaan telah ada di genggamanya namun mengapa ia tak memilih kerajaan itu? Kenapa ia tak ambil kemuliaan seorang raja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar