Hati nabi telah terpenuhi dengan kasih-sayang sejak beliau balita,
bagaimana tidak? Malaikat yang mulia telah mencuci hatinya dengan kasih-sayang
di hari ketika ia menggembalakan kambing bersama anak-anak khalimah. Dan
ke yatiman memperindah hatinya ketika ia terlahir dan sang ayah yang belum
sempat menimang-nimangnya telah tiada, kasih sayang ibu semata wayang harus tak
ia rasakan di saat ia bersama ibunya ingin mengunjungi makam sang ayah. Sang
ibu harus meniggalkan si kecil Muhammad di tengah jalan menuju pulang,
tetesan air mata balita kembali menjadi hiasan hati.
Dan untuk memperbaiki kehidupanya ketika hidup dalam ketiadaan ia
gembalakan domba penduduk kota. Ia hidup dengan kehidupan orang-orang fakir dan
anak-anak yatim. Ia merasakan apa yang mereka rasakan dan merasa sakit dengan
penderitaan mereka. Dan ketika itu ia rasakan perasaan yang tajam yang
membuatnya terjun ke dunia perdagangan untuk membantu kehidupan berat sang
paman abu-thalib, perdagangan yang membuatnya bergaul dengan manusia merasakan
kehidupan suka duka di saat itu.
agar sang nabi tidak terhanyut oleh arus kehidupan nyata kaum
qurays di saat itu, ALLAH SWT membuat hatinya gemar untuk menyendiri
dari manusia di sela-sela kehidupanya guna memeriksa dirinya, memperhatikan
kebersihan dan kesucian hatinya begitu juga mengahadap kepada tuhan yang
maha kuasa dengan beribadah dan bertafakkur.
Dan itu semua tidak terjadi begitu saja, akan tetapi itu semua
adalah ketentuan ilahi dan aturan rabbani untuk seorang yang telah di pilih
oleh yang maha kuasa untuk menjalankan tugas abadi, tugas kerasulan
terakhir dan kasih sayang yang merata.
Pada dasarnya tugas ini memiliki dua sisi:
Pertama: berhubungan dengan ALLAH SWT, masuk di alam
malakut, menanggalkan dunia untuk menghadap ke hadirat ilahi.
Kedua: berhubungan dengan manusia biasa untuk menyampaikan,
menerangkan dan menunjukkan mereka ke jalan ALLAH SWT.
Tugas ini adalah tugas yang sangat penting dan berbahaya, suatu
tugas yang menyambungkan antara dua alam. Maka dari itu yang maha esa
mempersiapkan dan mengasuhnya untuk menerima tugas ini. Berkomunikasi dengan
sesama begitu juga bergaul dengan kehidupan di kala suka dan duka serta tak
lupa menyendiri guna ibadah agar hatinya terbebas dari kotoran dunia. Dengan
demikian akal dan jiwa telah siap menerima tugas dari yang maha kuasa.
Salah satu tugas yang paling sulit yang di alami oleh sebagian para
Da’I di zaman ini ialah terlepasnya mereka dari kehidupan sehari-hari mereka
dan mengahabiskan kehidupanya untuk beribadah dan menyendiri. Sehingga ketika
ia merasa akan tanggung jawabnya sebagai seorang da’I di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, maka akan gelisah dan sedih hatinya karena ia akan
kembali lagi ke dunia yang rusak dan penuh godaan.
Apabila keadaan ini terjadi dalam diri soerang manusia biasa maka
bagaimana dengan almusthafa? Keadaanya yang ia alami sangatlah berat,
karena ia harus meninggalkan kehidupan duniawi untuk menerima wahyu dari
malaikat, dan kemudian kembali lagi ke kehidupanya semula untuk menyelesaikan
tugas besarnya. Belum lagi ketika beliau memasuki surga ALLAH SWT,
apakah rela manusia yang sudah memasuki surge dan melihat kenikmatanya untuk
kembali ke alam dunia yang penuh kebosanan dan kesusahan?
Beliau merupakan panutan utama bagi manusia dalam budi pekerti dan
pekerjaan, ia merupakan suri tauladan bagi orang yang ingin meningkatkan
dirinya menuju kesempurnaan dan juga merupakan contoh dalam keteguhan,
ketenangan, percaya diri, kebijaksanaan dan keadilan.
Ia tidak terlepas dari kehidupan manusia, makan apa yang mereka
makan dan minum dengan apa yang mereka minum begitu juga tidur sebagaimana
manusia tidur. Ia tidur di atas tikar sampai menimbulkan bekas di badanya
sampai memuat sahabat umar bin khattab menangis melihat keadaan nabi yang
mulia. Jalan bulan demi bulan dan tidak di nyalakan di rumahnya api memasak
karena tidak ada apapun yang akan di masak, ia menaruh batu di atas perutnya
untuk menahan lapar, ia juga yang berkeliling mengunjungi istrinya dan tidak
mendapatkan makanan maka ia katakan: aku sedang berpuasa.
Setelah menahan lapar berhari-hari kemudian mendapati cuka yang ia
makan, dan bersyukur kepada yang maha esa dan berkata senikmat-nikmatnya
lauk ialah cuka. Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin {QS: at-taubah/128}.benar ,,, ia dari golongan kita
sangat menginginkan keselamatan kita, sangat sayang kepada kita, sangat
bersedih dengan maksiat dan penyelewangan kita.
Ia berdiri di atas jembatan shirat dan mengatakan kepada
tuhanya: tuhan selamatkan … tuhan selamatkan… ia panjangkan sujud dan
do’a dengan penuh air mata memohon untuk umatnya kesejahteraan, kebahagiaan dan
petunjuk. Tak cukup di dunia beliau mengingat umatnya di hari kiamat ia akan
bersujud di bawah singgasana ALLAH SWT dan tidak akan mengangkat
kepalanya yang mulia dari sujud meminta hingga di katakana padanya: angkatlah
kepalamu, memintalah dan akan di beri, tolonglah makan akan di tolong. Ia pun
berkata: ya rabb … umatku.
Ia telah menjadikan keinginanya hanya ridho tuhan yang maha esa.
Dan bercabang dari itu keinginanya yang sangat kuat untuk umatnya itu semua
merupakan sebagian kasih-sayang dan belas kasihan serta harapan dari seorang
nabi Muhammad.
Dengan kemenangan yang di berikan ALLAH SWT kepadanya sehingga membuat nabi dan kaum
muslimin membalik keadaan yang mereka dulu alami di awal masa nabi mengajak
kaum kafir qurays untuk menyembah tuhan yang maha esa dan meninggalkan
berhala-berhala jahiliyah. Tidak membuatnya bertindak layaknya seorang raja dan
tidak berbesar kepala atau semena-mena ketika di hadapkan dengan kelompok yang
dulu mengganggunya di mekkah dan mengusirnya keluar dari tempat kelahiranya.
Akan tetapi justru keluar dari lisan yang mulia dengan penuh kasih sayang dari
lubuk fuad yang dalam ia ucapkan: pergilah kalian telah bebas.
Jika para bala tentara yang menang dalam peperangan di suatu
daerah, ia akan masuk ke daerah itu dengan bangga dan dengan keagungan. Namun
bagi nabi Muhammad tidak. Ia membuka kota mekkah dari tangan kaum kafir qarays
dan memasuki kota kemenanganya dengan menaiki kudanya sambil menundukkan
hatinya kepada ALLAH SWT, membaca surat al-fath, bersyukur kepada yang
maha esa dan membanjiri dirinya dengan belas kasih dan pemberian.
Keadaan masuknya ia menuju mekkah yang telah ia menangkan yang
seharusnya ia masuk dengan berbanggan dan merasa mulia ia lakukan dengan penuh
kerendahan hati dan bersyukur kepad tuhanya. Ini merupakan surat sejarah untuk
akal-akal yang hidup untuk hati yang belum mati dan pengakuan jujur demi
mengetahui hakekat siapa dia? Apakah ia seorang yang ingin menjadi raja? Saat
masuk ke kota mekkah kerajaan telah ada di genggamanya namun mengapa ia tak
memilih kerajaan itu? Kenapa ia tak ambil kemuliaan seorang raja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar