Tarim- Senin (21/4) kedatangan rektor Universitas Al-Ahgaff,
Al-Habib Abdullah Baharun di Fakultas Syariah dan Hukum Tarim, adalah
momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak mahasiswa. “Silabus atas studi
aliran dan pemikiran kontemporer, dipandang urgen bagi Indonesia”,
paparnya dalam awal kuliah. Habib Baharun menekankan atas kesungguhan
dalam memahami mata kuliah terlebih mahasiswa Indonesia, melihat realita
yang terjadi. Menjadikan negara Indonesia sebagai sampel, yang geliat
perang pemikiran terus berkecamuk menjadi sebuah topik panas yang
menarik bagi santri Indonesia. Beliau juga merekomendasikan satu buku
yang cukup menarik untuk dikaji, yaitu “Al-Islam Wa Al-Aql” karangan
Syaikh Abdul Halim Mahmud (salah satu tokoh ulama’ Mesir dan dosen
Filsafat).
Mata kuliah ini, bertujuan memberikan wawasan yang
moderat atas tuduhan-tuduhan yang berkembang liar ditubuh musuh-musuh
islam seperti kaum liberal, sekularisme,dll dan musuh diselain tubuh
selain islam seperti kaum Yahudi dan Nashrani.Problematika ini akan
terus bermunculan di kehidupan sehari-hari yang perlu dicarikan sebuah
jawaban yang pas, sebagai prioritas utama.
Bagaimanaseseorang bisa beriman?
Iman secara etimologi
adalah yakin atau percaya. Mempercayai apa yang diketahui,
dariinformasi ataupun yang lain. Iman inilah yang nanti akan memberikan
efek pada sebuah pembenaran suatu perkara. Contoh: ini adalah air,
kalian bisa melogika dengan akal, dan percaya kalau ini memang air
selain itu kalian juga, percaya kalau dalam air terdapat unsur-unsur
antara lain H2O yang tidak secara kasat mata bisa dilihat,
tapi bisa beriman alias percaya atas keberdaan unsur tersebut, jadi
bagaimana seseorang bisa percaya dan meyakininya sampai batas ini?. Bisa
dikonklusikan, bahwa Iman merupakan keyakinan dalam diri seseorang
berasal dari pengetahuan yang diperolehnya, pengetahuan itu bisa berupa
ilmu secara kasat mata (panca indra), dan bisa diperoleh dari informasi
dari seseorang, bisa juga dari internet, surat kabar, ataupun televisi.
Jadi pelbagai pengetahuan adalah ibarat sebuah iman (kepercayaan orang
pada sesuatu), dan pengetahuan ibarat sebuah informasi. Ketika kalian
mempercayai ini (mikrofone), secara spontan juga mempercayai bahwa alat
ini bisa memberikan gema suara, dari mana kalian tahu?, dari informasi
seseorang ataupun secara langsung kalian saksikan bahwa alat ini
menghasilkan gema suara berfekruensi besar. Kembali ke hasil akhir dari
logika permisalan ini adalah pada titik pembenaran pada esensi suatu
perkara.
Menariknya Habib Abdullah Baharun, juga mengetahui
seluk-beluk problematika nusantara. Ulil Absor Abdala juga disinggung
dalam studi kritis pemikiran pada kesempatan tersebut, Liberalisme iya,
inilah musuh islam yang getol sekali membabi buta mencari kelemahan
islam, justru musuh seperti inilah yang ganas. Memang, liberal beragama
islam, sama seperti kita, namun otak mereka dalam lingkup lingkaran
syaitan, secara perlahan menggempur pertahanan umat islam. Kaum liberal
tidak akan puas memberikan tuduhan-tuduhan miring yang kita akan
dibuatnya pusing olehnya. Merekapun tidak akan menerima, pemikiran kita
kalau tidak masuk logika. Liberal secara etimologi berarti bebas. Kebebasan inilah yang membuat mereka buas dan keblabasan. Berbicara tentang definisi “pengetahuan”, bahwa Pengetahuan / knowledge dalam perspektif filsafat Yunani adalah pembenaran sah yang betendensi pada suatu dalil / bukti konkrit.
Coba
kembali melogikan sebuah air, percaya tidak kalau air ini beracun
(ketika dijawab: tidak), apa tendensi anda mengatakan tidak?, sebuah
pengetahuan yang sah pastinya, dari mana pembenaran itu bersumber.
Pembenaran itu muncul bisa jadi dari panca indra (secara kasat mata bisa
disaksikan), dari informasi sebuahkabar, ataupun perkara tersebut bisa
diterima akal (logisme).
(diterjemakanoleh M. Abdul Muhith, mahasiswa Universitas Al-Ahgaff, semester 6). Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar