Tarim- Senin (21/4) kedatangan rektor Universitas Al-Ahgaff,
Al-Habib Abdullah Baharun di Fakultas Syariah dan Hukum Tarim, adalah
momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak mahasiswa. “Silabus atas studi
aliran dan pemikiran kontemporer, dipandang urgen bagi Indonesia”,
paparnya dalam awal kuliah. Habib Baharun menekankan atas kesungguhan
dalam memahami mata kuliah terlebih mahasiswa Indonesia, melihat realita
yang terjadi. Menjadikan negara Indonesia sebagai sampel, yang geliat
perang pemikiran terus berkecamuk menjadi sebuah topik panas yang
menarik bagi santri Indonesia. Beliau juga merekomendasikan satu buku
yang cukup menarik untuk dikaji, yaitu “Al-Islam Wa Al-Aql” karangan
Syaikh Abdul Halim Mahmud (salah satu tokoh ulama’ Mesir dan dosen
Filsafat).
Mata kuliah ini, bertujuan memberikan wawasan yang
moderat atas tuduhan-tuduhan yang berkembang liar ditubuh musuh-musuh
islam seperti kaum liberal, sekularisme,dll dan musuh diselain tubuh
selain islam seperti kaum Yahudi dan Nashrani.Problematika ini akan
terus bermunculan di kehidupan sehari-hari yang perlu dicarikan sebuah
jawaban yang pas, sebagai prioritas utama.
Selasa, 22 April 2014
Minggu, 20 April 2014
Urgensi Pendidikan Islam Sejak Dini
Di era globalisasi dan modernisasi kini, setiap individu membutuhkan arahan yang menuntun bagaimana dan darimana harus memulai pola
hidup berpendidikan yang baik . Karena
dalam sisi pemahaman Islam tentang pendidikan, masih banyak tugas dan kewajiban
tambahan bagi setiap muslim, diantaranya menyiapkan para generasi muda agar terdidik
dengan pengetahuan Islam yang lurus dan murni sebelum mengetahui dan
mempelajari apapun semenjak lahir. Hal itu tidak lain
karena
tema besar dan problematika pendidikan
Islam
sangatlah berkaitan dengan dua asas
penting yang menjadi landasan setiap Rasul, yakni; pengetahuan tentang tauhid Allah SWT dan syariat-Nya.
Akibat tidak adanya perhatian penuh terhadap pendidikan
Islam sejak dini, realita kondisi
para generasi sekarang justru terpengaruh oleh sihir film, berita dan
teknologi. Padahal tujuan para musuh Islam menciptakan dan menghiasi semuanya
sebagai perusak akal dan potensi generasi muda dalam memahami Al-quran, hadits
dan pengetahuan Islam, mereka tahu bahwa film dan gambar akan lebih kuat
pengaruhnya dari pada sekedar ungkapan kalimat-kalimat dalam kitab suci dan
hadits. Pelu disadari pula bahwa tidak ada
film yang dibuat, cerita yang ditulis,
gambar yang diexpose kecuali dibelakangnya ada tujuan tertentu! Jika sekarang
umat Islam belum bisa melihat pengaruhnya, kelak akidah kufur tersebut pasti akan tertanam pada generasi muda Islam.
Pemberian Grasi, Sikap Kita dan Tinjauan Fikih
Maju dan mundurnya suatu bangsa terletak pada seberapa jauh kekuatan yang dimiliki oleh
bangsa tersebut. Kekuatan yang penulis maksud di sini adalah kekuatan
moral-spiritual. Jika benteng ini kuat, maka aspek-aspek yang lain pun juga
akan kuat. Karena moral-spiritual inilah yang menjadi pandasi utama kemajuan
suatu bangsa. Tetapi sebaliknya, jika aspek moral ini sudah tidak kokoh, maka
tinggal menunggu waktu saja untuk suatu bangsa itu akan runtuh.
Kaitannya dengan hal di atas,
bangsa kita rupanya telah terjajah secara moral. Oleh karenanya, bangsa
Indonesia sekarang sulit untuk maju. Bagaimana mau maju jika generasi bangsanya
terserang oleh penyakit yang sangat kronis? Narkoba! Inilah virus yang sedang menyerang
generasi kita, sehingga kita tidak bisa bersaing secara sehat dengan bangsa
lain.
Serambi Tarim [3]: MENGHADIRI HAUL SEIWUN
Rezeki tidak akan
kemana-mana. Adagium itu benar-benar saya rasakan Kamis (20/02) kemarin. Saya
telat membaca pengumuman Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI) Al-Ahgaff bahwa
hari itu adalah peringatan Haul al-Habib Ali Muhammad al-Habsyi ; penulis
Maulid Simtut Dhurar yang sudah populer hingga ke tanah air. Kendati
pengumuman sudah tertempel di asrama seminggu lalu, saya baru membacanya Kamis
siang, beberapa jam sebelum bis yang disediakan panitia berangkat.
Saya lantas
menghubungi panitia. “Afwan, kursi bis sudah penuh,” kata Abdurrahman, panitia
penyelenggara. Saya pun kecewa. Tahun lalu, saya tidak bisa hadir karena
kebetulan ada jam kuliah. Dan sekarang, saya telat mendaftar. Ya sudahlah,
berarti bukan rezeki, batinku bergumam.
Serambi Tarim [2] : BERSAMA TRANS 7, TELUSURI JEJAK WALI
Kedatangan Tim
Musafir Trans 7 ke Tarim benar-benar pada waktu yang tepat. Senin
(27/01), malam hari, warga Tarim gegap gempita dalam acara Festival Rabiul Awal
; acara yang dihelat Ma’had Darul Mushtafa dalam rangka memeriahkan bulan
kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw.
Selepas shalat Isya’,
diadakan parade berkeliling jalan-jalan kota Tarim. Di Indonesia, serupa dengan
karnaval. Acara ini tak hanya diramaikan oleh santri Darul Mushtafa dan
madrasah-madrasah sekitar, namun juga oleh para warga secara umum. Masing-masing
kelompok menunjukkan kreatifitasnya. Komunitas petani berkumpul membawa
alat-alat pertanian. Ada pula yang menampilkan tari-tarian khas Arab Baduwi.
Dan yang tak kalah menarik untuk disaksikan ; komunitas santri Indonesia pun
tak ingin ketinggalan. Hap hap syah ,,,, pertunjukkan silat
yang mereka tampilkan berhasil menarik decak kagum para warga. Indonesia
gitu lho !
Serambi Tarim [1]
Sederhana, mungkin
itulah ungkapan yang pas mendekripsikan bagaimana Tarim. Anda jangan pernah
membayangkan Tarim sebagai sebuah kota metropolitan yang jalanannya macet, lalu
lintasnya ramai dengan klakson kendaraan, gedung pencakar langit di sana-sini,
serta jenis kemewahan lainnya. Tarim tidak seperti Kairo, Dhoha, atau Sana’a.
Di kota asal muasal
kakek moyang Wali Songo ini, pemukiman penduduk masih didominasi oleh
rumah-rumah yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan. Banyak rumah yang
jika dilihat dari luar, konstruksi bangunannya nyaris seperti tembok lapuh yang
hampir roboh. Aromanya begitu klasik. Dari data yang saya telusuri, diantara
rumah tanah itu ada yang kini usianya telah mencapai tiga abad.
(Tentang bagaimana
seluk beluk rumah tanah ini, akan saya khususkan di catatan tersendiri. Insya
Allah).
Aktivitas Rasul ; Antara Pembawa Risalah, Hakim, dan Pemimpin Negara
Secara
etimologi sunnah berarti sebuah jalan yang menjadi kebiasaan, baik
ataupun buruk. Sementara dalam terminologi metodologi hukum Islam (Ushul
Fiqh), Sunnah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari
Rasulullah Saw – selain al-Qur’an-, yang mencakup perkataan, perbuatan,
dan persetujuan (at-Taqrir) yang dapat dijadikan sebagai landasan
hukum syariat. Sunnah Nabi adalah sumber utama syariat Islam setelah
al-Qur’an. Posisinya sebagai hujjah, telah disepakati umat ini dari
generasi ke generasi. Kecuali segelintir para pengingkar sunnah dengan
segenap argumen lemah mereka. Bagi umat Islam, segala perintah dan
larangan yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, adalah sumber
normatif primer yang mengatur tingkah laku mereka. Kendati dalam ranah
aplikasi masih terbuka celah untuk terjadi perbedaan pendapat serta
penafsiran.
Dalam perbincangan Sunnah, ada satu pembahasan menarik serta memiliki urgensi dalam ranah penetapan hukum Islam. Yaitu sebuah wacana terkait pemetaan status sunnah; antara posisi Rasulullah sebagai pembawa wahyu yang memberikan fatwa kepada umat, dengan aktivitas Rasulullah yang berkaitan dengan politik serta Imamah. Ulama Madzhab Maliki, Abu al-Abbas Ahmad bin Idris al-Qarrafi, mengkupas panjang lebar masalah ini dalam karyanya bertajuk al-Ihkam fi Tamyiz al-Fatawa wa al-Ahkam fi Tasharruffati al-Qadli waal-Imam.
Dalam perbincangan Sunnah, ada satu pembahasan menarik serta memiliki urgensi dalam ranah penetapan hukum Islam. Yaitu sebuah wacana terkait pemetaan status sunnah; antara posisi Rasulullah sebagai pembawa wahyu yang memberikan fatwa kepada umat, dengan aktivitas Rasulullah yang berkaitan dengan politik serta Imamah. Ulama Madzhab Maliki, Abu al-Abbas Ahmad bin Idris al-Qarrafi, mengkupas panjang lebar masalah ini dalam karyanya bertajuk al-Ihkam fi Tamyiz al-Fatawa wa al-Ahkam fi Tasharruffati al-Qadli waal-Imam.
Langganan:
Postingan (Atom)