#DENGAN BERSAMA-SAMA MARI TEGAKKAN ISLAM DAN MEMBUAT SENYUM BAGINDA MUHAMMAD SAW# kirimkan pertanyaan atau curhatan anda seputar agama di fb DAAR IHSAN atau email: hadibaagil110@gmail.com #

Sabtu, 19 Januari 2013

perjuangan bukan pertikaian ...


Di tahun 1905 masehi, tepatnya di sigapura terjadi sebuah peristiwa yang menjadi sebab meletusnya perseturuan sosial dan politik serta problem religius di antara para hadharim yang berada di Indonesia dan sekitarnya (asia), begitu juga daerah asal mereka di yaman. Beranjak dari peristiwa itu kemudian membuat kaum muhajirin hadramaut terpecah menjadi dua kelompok: kelompok alawiyin dan kelompok al-irsyad.
Peristiwa yang terjadi hingga menyebabkan perpecahan di awali dari pernikahan seorang syarifah dengan suami hindi (orang asal india) dan bukan dari syarif, setelah pernikahan  itu salah satu warga hadramaut yang berdomisili di singapura mengirimkan surat permintaan fatwa pada syeh al-allamah Muhammad rashyid ridha seorang ulama asal mesir yang  menanyakan tentang keabsahan pernikahan ini. Yang kemudian syeh muhammad menjawab dengan keabsahan pernikahan itu, sebagaimana di cantumkan di majalah almanar mesir dengan tanggal terbit 21 mei 1905.

Fatwa yang telah keluar membuat geram sebagian alawiyin, yang mana membuat al-habib umar bin salim al-athas juga mengeluarkan fatwa yang intinya menentang keputusan fatwa dari syeh Muhammad rashyid ridha tentang keabsahab nikah seorang syarifah dengan selain syarif, dan beliau juga melarang pernikahan tersebut walaupun semua pihak keluarga syarifah menyetujui pernikahanya.
Di awali dari pernikahan syarifah asal singgapura ini yang kemudian meluas pada permasalahan boleh tidaknya pernikahan alawiyah (dalam arti yang umum) dengan selain alawy. Syeh Muhammad rashyid menjawab fatwa yang di keluarkan oleh habib umar, dan fatwa balasan syekh Muhammad rashyid kemudian di balas lagi oleh sebagian kaum alawy. Di pertengahan banding antara kubu alawy dengan syeh Muhammad, keluar lagi fatwa yang berasal dari syeh ahmad assurkaty yang menyatakan kebenaran fatwa syeh Muhammad rashyid.
Setelah perdebatan yang panjang kelompok muhajirin asal hadramaut selain kaum alawiyin yang terdiri dari masyaikh dan qabail membuat sebuah organisasi yang di beri nama (asosiasi al-islah wal irsyad alarabiah) di deklarasikan di tahun 1941 M. di samping organisasi mereka juga mendirikan sekolah di tahun 1915 M. yang di ketuai oleh syeh sa’id musy’abi dan sebagai ketua yayasan madrasah syeh ahmad assukarty.
Organisasi al-irsyad mendirikan cabang-cabang dari organisasinya di banyak kota, begitu juga mencetak majalah yang bernama al-irsyad. Salah satu tujuan utama kelompok al-irsyad ialah menyamakan kedudukan bagi setiap manusia tanpa memandang nasab, dan mereka juga menyebut semua orang dengan sebutan sayyid.
Kelompok alawiyin-pun tidak terlambat untuk membuat sebuah oraganisasi dan sekolah-sekolah, dan organisasi terbesar milik alawiyin di kenal dengan rabithah alawiyah. Perseturuan antara alawiyin dan irsyadiyin melebar tidak hanya dalam masalah pernikahan, menjadi perseturuan social yang berujung hingga pembakaran madrasah-madrasah mereka, begitu juga terjadi beberapa kali perseturuan yang mengkaibatkan jatuhnya sejumlah korban.
Perseturuan ini telah menciptakan perpecahan berbahaya yang di pandang oleh sebagian orang hadramaut sebagai ancaman untuk generasi penerusnya. Adapun sebagian pemimpin-pemimpin mereka hal ini dianggap membahayan jalanya dakwah agama islam dan penyebaranya di sebagian wilayah asia. Oleh karena itu mereka mengupayakan adanya perdamaian antara ­kubu alawiyin dengan al-irsyad baik dari  daerah asal mereka yaitu hadramaut dan juga dari mereka yang telah berhijrah di sebagian daerah asia.
Pada dasarnya perseturuan ini memang berakibat buruk bagi kehidupan generasi yang akan datang dan juga berakibat pada kehidupan penduduk hadramaut. Akan tetapi perseturuan ini juga menghasilkan akibat yang positif diantaranya:
·         Saling bersaingnya dua kubu dalam membangun madrasah-madrasah di daerah mereka.
·         Bersaing dalam penyebaran ilmu.
·         Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kaum hawa di waktu itu, yang di realisasikan dengan pembangunan sekolah wanita oleh alirsyad di tiga kota besar di Indonesia: Jakarta, Surabaya dan pekalongan. Begitu juga mereka memberikan beasiswa bagi murid-murid mereka yang berprestasi ke mesir di waktu itu.
·         Munculnya kesadaran akan perlunya kerukunan dan pembaharuan yang di resmikan pada kongres hadrami I di kota syihir hadramaut dan di kongres hadrami II yang di adakan di singapura.
Inilah sebagian yang bias kami terjemahkan dari salah satu kitab sejarah perjalanan hadramaut mudah-mudahan menjadikan kita tahu betapa penting arti perjuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar