#DENGAN BERSAMA-SAMA MARI TEGAKKAN ISLAM DAN MEMBUAT SENYUM BAGINDA MUHAMMAD SAW# kirimkan pertanyaan atau curhatan anda seputar agama di fb DAAR IHSAN atau email: hadibaagil110@gmail.com #

Minggu, 20 April 2014

Serambi Tarim [2] : BERSAMA TRANS 7, TELUSURI JEJAK WALI


Kedatangan Tim Musafir Trans 7 ke Tarim benar-benar pada waktu yang tepat. Senin (27/01), malam hari, warga Tarim gegap gempita dalam acara Festival Rabiul Awal ;  acara yang dihelat Ma’had Darul Mushtafa dalam rangka memeriahkan bulan kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw.

Selepas shalat Isya’, diadakan parade berkeliling jalan-jalan kota Tarim. Di Indonesia, serupa dengan karnaval. Acara ini tak hanya diramaikan oleh santri Darul Mushtafa dan madrasah-madrasah sekitar, namun juga oleh para warga secara umum. Masing-masing kelompok menunjukkan kreatifitasnya. Komunitas petani berkumpul membawa alat-alat pertanian. Ada pula yang menampilkan tari-tarian khas Arab Baduwi. Dan yang tak kalah menarik untuk disaksikan ; komunitas santri Indonesia pun tak ingin ketinggalan. Hap hap syah ,,,, pertunjukkan silat yang mereka tampilkan berhasil menarik decak kagum para warga. Indonesia gitu lho !


Peringatan Maulid Nabi di Tarim memang benar-benar semarak. Sejak awal malam 12 Rabiul Awal hingga akhir bulan, pembacaan Siroh Nabi di gelar di masjid-masjid di kota ini setiap hari, secara bergilir. Ada yang digelar selepas shalat shubuh, bakda dzuhur, bakda ashar, dan bakda maghrib. Festival Rabiul Awal sendiri, adalah aktivitas tahunan yang rutin dihelat setiap senin terakhir bulan Rabiul Awal.

Kru Musafir yang baru saja mendarat di Bandara Seiwun hari itu, tampaknya tak ingin melewatkan momen menarik ini. Mas Radit, sang kameramen, langsung terjun menjalankan aksinya. Malam itu, lautan manusia membanjiri Festival Rabiul Awal, sebagai sebuah ekspresi rasa syukur atas kelahiran sang Nabi.

Kru Musafir sendiri terdiri dari empat personil ; Pak Uzer (Produser), Mas Radit (Kameramen), Tomy Ristanto dan Ahmad (Presenter). Episode Tarim merupakan rangkaian dari liputan mereka ke negeri Yaman.

Dari data yang saya himpun bersama koordinator Infokom PPI Hadhramaut, Abdul Muhith, jadwal liputan mereka di Yaman selama 35 hari cukup padat. Ada sejumlah tempat bersejarah di seluruh Yaman yang akan dibidik. Mulai dari Ibu Kota Sana’a, Kota Ma’reb (tempat istana Ratu Balqis), Kota Shibam, Pulau Sokotra, dan Propinsi Hadhramaut yang meliputi Tarim dan Seiwun. Khusus di Tarim, mereka mengangkat angle “Tarim : Kota Santri dan Sejarah Penyebaran Islam ke Indonesia ”.

Menuju Pusara Kakek Walisongo
Hari selanjutnya, kru Musafir menuju pusara Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir yang terletak di Husaisah. Dari Tarim, jarak ke Husaisah bisa ditempuh 20 menit. Saya bersama tiga rekan PPI yang lain, berkesempatan bergabung bersama kru Musafir. Dalam perjalanan menuju Husaisah, mobil yang kami tumpangi menempuh jalan raya yang membelah padang pasir. Mas Radit berkali-kali saya lihat menginstruksikan sang sopir untuk mengurangi kecepatan. Ia agaknya tak ingin melewatkan pemandangan khas Arab ini untuk diabadikan.

Sedangkan Mas Tomy dan Ahmad, terlihat serius membaca narasi yang akan mereka tampilkan di depan kamera. Pak Uzer, sang produser, yang duduk di samping saya, asyik membaca buku Tarikh Hadhramaut. Alumnus Sastra Arab Universitas Al-Azhar ini sangat antusias memastikan data-data sejarah terkait objek yang akan diliput.

Sesekali pula, Mas Tomy yang duduk di jok belakang membuka obrolan dengan rekan-rekan PPI. Diantara obrolan mereka yang sempat saya dengar adalah, “Wah, Hadhramaut ini panas, ya ?!”, ujar Mas Tomy sambil mengipas-ngipas wajahnya.  Dalam hati saya merespon, “Ini masih di penghujung musim dingin mas, belum memasuki musim panas yang sebenarnya !”.

Tak terasa kami sampai di kawasan Husaisah. Pagi itu kawasan makam Imam al-Muhajir yang terletak di atas bukit tampak lengang. Maklum, Husaisah adalah desa yang tak berpenghuni. Makam Imam al-Muhajir berada dalam sebuah Kubbah. Untuk mencapai kesana, harus mendaki sekitar 80 tangga. Sementara kru Musafir menjalankan tugasnya, saya bersandar di pohon rindang, membuka-buka sejumlah referensi.

Imam Ahmad bin Isa adalah keturunan Rasulullah ke-8 yang terlahir di Bashrah, Irak akhir abad ke-3 (279 H). Irak yang saat itu dikuasi dinasti Abbasiyah, berada dalam guncangan fitnah ideologi yang dahsyat. Mulai dari pemberontakan kaum negro (zanj), fitnah Khawarij, hingga serbuan sekte Qaramithah yang berafiliasi pada Syiah Ismailiyah. Kondisi inilah yang mendorong Imam Ahmad bin Isa untuk berhijrah ke Hadhramaut, demi menyelamatkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Beliaupun dijuluki al-Muhajir (yang berhijrah). Dari para keturunan Imam al-Muhajir inilah, Islam tersebar ke nusantara. Mereka dikenal dengan sebutan walisongo.


***
Terik matahari semakin menyengat. Kru Musafir sepertinya sudah tuntas menjalankan tugas. Ini memang bukan ziarah pertama saya ke Husaisah. Tapi ziarah kali ini sangat istimewa, karena saya mendapat pengalaman baru bersama jurnalis televisi tanah air.

Diantara ilmu penting yang saya dapat adalah : bahwa ternyata menjadi presenter di depan kamera itu gak gampang !. Berkali-kali akting brilian Mas Tomy dan Ahmad harus di-cutoleh sang produser. Kurang inilah, kurang itulah. Saya lantas berpikir “Ah, untunglah, saya tidak memilih jalan untuk jadi presenter, meskipun secara face dan body, saya sudah lebih dari cukup” ha ha ha.

Hari – hari berikutnya, episode di Tarim berlanjut menelusuri masjid-masjid tua, lembaga pendidikan, dan situs-situs bersejarah lainnya. Kendati tidak bisa menemani setiap hari, dari catatan kawan saya Abdul Muhith, saya bisa membayangkan perjuangan Kru Musafir yang begitu besar menggali permata-permata bersejarah yang bertebaran di kota ini, juga negeri Yaman secara keseluruhan.

Lantas, bagaimanakah hiruk-pikuk aktivitas ilmiah, makam para wali, serta situs sejarah peradaban Islam di Kota Tarim ?

Bagaimanakah keindahan panorama estetika negeri Ratu Balqis ini, ---serta kecantikan para bidadarinya ?

Benarkah Pulau Sokotra  yang oleh UNESCO dinyatakan sebagai warisan dunia ini memiliki sejuta keanehan alam ?

Percayakah anda dengan keindahan arsitektur Kota Syibam ; kota yang sering disebut-sebut sebagai “Kota Pencakar Langit Tertua di Dunia”  karena seluruh bangunan gedungnya terbuat dari tanah liat ?

Bagaimana pula kondisi jejak-jejak peninggalan Kaum ‘Ad dan Tsamud, kaum yang dibinasakan Tuhan karena pembangkangannya kepada Nabi-Nabi Allah ?

Jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, hanya akan bisa anda dapatkan di programMusafir Trans 7 yang akan disiarkan pada bulan Ramadhan 1435 H, Senin hingga Jumat, selepas waktu sahur. So, jangan sekali-kali bergeser dari channel Trans 7 (karena mungkin wajah imut saya – gak sengaja - akan nongol di situ hehehe). Sampai jumpa di Serambi Tarim berikutnya !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar