Kedatangan Tim
Musafir Trans 7 ke Tarim benar-benar pada waktu yang tepat. Senin
(27/01), malam hari, warga Tarim gegap gempita dalam acara Festival Rabiul Awal
; acara yang dihelat Ma’had Darul Mushtafa dalam rangka memeriahkan bulan
kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw.
Selepas shalat Isya’,
diadakan parade berkeliling jalan-jalan kota Tarim. Di Indonesia, serupa dengan
karnaval. Acara ini tak hanya diramaikan oleh santri Darul Mushtafa dan
madrasah-madrasah sekitar, namun juga oleh para warga secara umum. Masing-masing
kelompok menunjukkan kreatifitasnya. Komunitas petani berkumpul membawa
alat-alat pertanian. Ada pula yang menampilkan tari-tarian khas Arab Baduwi.
Dan yang tak kalah menarik untuk disaksikan ; komunitas santri Indonesia pun
tak ingin ketinggalan. Hap hap syah ,,,, pertunjukkan silat
yang mereka tampilkan berhasil menarik decak kagum para warga. Indonesia
gitu lho !
Peringatan Maulid Nabi
di Tarim memang benar-benar semarak. Sejak awal malam 12 Rabiul Awal hingga
akhir bulan, pembacaan Siroh Nabi di gelar di masjid-masjid di
kota ini setiap hari, secara bergilir. Ada yang digelar selepas shalat shubuh,
bakda dzuhur, bakda ashar, dan bakda maghrib. Festival Rabiul Awal sendiri,
adalah aktivitas tahunan yang rutin dihelat setiap senin terakhir bulan Rabiul
Awal.
Kru Musafir yang baru saja mendarat di Bandara
Seiwun hari itu, tampaknya tak ingin melewatkan momen menarik ini. Mas Radit,
sang kameramen, langsung terjun menjalankan aksinya. Malam itu, lautan manusia
membanjiri Festival Rabiul Awal, sebagai sebuah ekspresi rasa syukur atas
kelahiran sang Nabi.
Kru Musafir sendiri terdiri dari empat personil ;
Pak Uzer (Produser), Mas Radit (Kameramen), Tomy Ristanto dan Ahmad
(Presenter). Episode Tarim merupakan rangkaian dari liputan mereka ke negeri
Yaman.
Dari data yang saya
himpun bersama koordinator Infokom PPI Hadhramaut, Abdul Muhith, jadwal liputan
mereka di Yaman selama 35 hari cukup padat. Ada sejumlah tempat bersejarah di
seluruh Yaman yang akan dibidik. Mulai dari Ibu Kota Sana’a, Kota Ma’reb
(tempat istana Ratu Balqis), Kota Shibam, Pulau Sokotra, dan Propinsi
Hadhramaut yang meliputi Tarim dan Seiwun. Khusus di Tarim, mereka
mengangkat angle “Tarim : Kota Santri dan Sejarah Penyebaran
Islam ke Indonesia ”.
Menuju Pusara Kakek
Walisongo
Hari selanjutnya,
kru Musafir menuju pusara Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir yang
terletak di Husaisah. Dari Tarim, jarak ke Husaisah bisa ditempuh 20 menit.
Saya bersama tiga rekan PPI yang lain, berkesempatan bergabung bersama kru Musafir.
Dalam perjalanan menuju Husaisah, mobil yang kami tumpangi menempuh jalan raya
yang membelah padang pasir. Mas Radit berkali-kali saya lihat menginstruksikan
sang sopir untuk mengurangi kecepatan. Ia agaknya tak ingin melewatkan
pemandangan khas Arab ini untuk diabadikan.
Sedangkan Mas Tomy dan
Ahmad, terlihat serius membaca narasi yang akan mereka tampilkan di depan
kamera. Pak Uzer, sang produser, yang duduk di samping saya, asyik membaca
buku Tarikh Hadhramaut. Alumnus Sastra Arab Universitas Al-Azhar
ini sangat antusias memastikan data-data sejarah terkait objek yang akan
diliput.
Sesekali pula, Mas
Tomy yang duduk di jok belakang membuka obrolan dengan rekan-rekan PPI.
Diantara obrolan mereka yang sempat saya dengar adalah, “Wah, Hadhramaut ini
panas, ya ?!”, ujar Mas Tomy sambil mengipas-ngipas wajahnya. Dalam hati
saya merespon, “Ini masih di penghujung musim dingin mas, belum
memasuki musim panas yang sebenarnya !”.
Tak terasa kami sampai
di kawasan Husaisah. Pagi itu kawasan makam Imam al-Muhajir yang terletak di
atas bukit tampak lengang. Maklum, Husaisah adalah desa yang tak berpenghuni.
Makam Imam al-Muhajir berada dalam sebuah Kubbah. Untuk mencapai kesana, harus
mendaki sekitar 80 tangga. Sementara kru Musafir menjalankan
tugasnya, saya bersandar di pohon rindang, membuka-buka sejumlah referensi.
Imam Ahmad bin Isa
adalah keturunan Rasulullah ke-8 yang terlahir di Bashrah, Irak akhir abad ke-3
(279 H). Irak yang saat itu dikuasi dinasti Abbasiyah, berada dalam guncangan
fitnah ideologi yang dahsyat. Mulai dari pemberontakan kaum negro (zanj),
fitnah Khawarij, hingga serbuan sekte Qaramithah yang berafiliasi pada Syiah
Ismailiyah. Kondisi inilah yang mendorong Imam Ahmad bin Isa untuk berhijrah ke
Hadhramaut, demi menyelamatkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Beliaupun
dijuluki al-Muhajir (yang berhijrah). Dari para keturunan Imam al-Muhajir
inilah, Islam tersebar ke nusantara. Mereka dikenal dengan sebutan walisongo.
***
Terik matahari semakin
menyengat. Kru Musafir sepertinya sudah tuntas menjalankan
tugas. Ini memang bukan ziarah pertama saya ke Husaisah. Tapi ziarah kali ini
sangat istimewa, karena saya mendapat pengalaman baru bersama jurnalis televisi
tanah air.
Diantara ilmu penting
yang saya dapat adalah : bahwa ternyata menjadi presenter di depan kamera itu
gak gampang !. Berkali-kali akting brilian Mas Tomy dan Ahmad harus di-cutoleh
sang produser. Kurang inilah, kurang itulah. Saya lantas berpikir “Ah,
untunglah, saya tidak memilih jalan untuk jadi presenter, meskipun
secara face dan body, saya sudah lebih dari
cukup” ha ha ha.
Hari – hari
berikutnya, episode di Tarim berlanjut menelusuri masjid-masjid tua, lembaga
pendidikan, dan situs-situs bersejarah lainnya. Kendati tidak bisa menemani
setiap hari, dari catatan kawan saya Abdul Muhith, saya bisa membayangkan
perjuangan Kru Musafir yang begitu besar menggali
permata-permata bersejarah yang bertebaran di kota ini, juga negeri Yaman
secara keseluruhan.
Lantas, bagaimanakah
hiruk-pikuk aktivitas ilmiah, makam para wali, serta situs sejarah peradaban
Islam di Kota Tarim ?
Bagaimanakah keindahan
panorama estetika negeri Ratu Balqis ini, ---serta kecantikan para bidadarinya
?
Benarkah Pulau Sokotra
yang oleh UNESCO dinyatakan sebagai warisan dunia ini memiliki sejuta
keanehan alam ?
Percayakah anda dengan
keindahan arsitektur Kota Syibam ; kota yang sering disebut-sebut sebagai “Kota
Pencakar Langit Tertua di Dunia” karena seluruh bangunan gedungnya
terbuat dari tanah liat ?
Bagaimana pula kondisi
jejak-jejak peninggalan Kaum ‘Ad dan Tsamud, kaum yang dibinasakan Tuhan karena
pembangkangannya kepada Nabi-Nabi Allah ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar